Note [121] Virus yang diberi tugas melawan bakteri

Virus dengan kuat menjadi perhatian dunia saat ini. Namun kita tidak boleh mengabaikan ancaman kesehatan yang juga semakin meningkat yang ditimbulkan oleh bakteri.

Bakteri mengembangkan resistensi diri yang cepat terhadap antibiotik. Ini artinya antibiotik lama-lama tidak akan mempan lagi membasminya. Bakteri yang tidak mempan lagi dibasmi dengan antibiotik disebut superbug.

Sekarang para peneliti di Australia telah menemukan cara untuk melawan resistensi antibiotik pada bakteri superbug ini melalui penggunaan virus yang berperan sebagai pemangsanya (predatornya).

Antibiotik merupakan salah satu terobosan medis terpenting di abad ke-20. Ia telah menyelamatkan banyak nyawa dengan membersihkan infeksi yang sebelumnya mungkin akan mematikan.

Sayangnya, kita terjebak dalam perlombaan senjata biologis terhadap bakteri selama ini. Ini karena bakteri mengembangkan pertahanan diri yang semakin lebih baik terhadap berbagai antibiotik.

Penelitian telah memperkirakan bahwa jika tren ini terus berlanjut, bakteri superbug dapat membunuh sebanyak 10 juta orang per tahun pada tahun 2050.

Dalam upaya untuk menemukan pengobatan baru, para ilmuwan mulai kembali ke ide-ide lama yang selama ini tersisihkan. Salah satunya berupa terapi phage.

Terapi phage ini akan menggunakan virus yang akan akan berperan sebagai pemangsa bakteri superbug. Virus yang demikian disebut bacteriophage, artinya virus yang memangsa bakteri.

Karena antibiotik ditemukan segera setelah bacteriophage ditemukan, maka tim medis cenderung menggunakan antibiotik. Tidak pernah ada kebutuhan yang mendesak untuk mengembangkan terapi phage lebih lanjut.

Pada kajian terbaru, para peneliti dari Monash University mulai menggunakan virus bacteriophage yang akan memburu dan membunuh bakteri superbug sebagai targetnya.

Bakteri superbug yang terkenal bernama Acinetobacter baumannii. Bakteri oportunistik ini sering dijumpai di rumah sakit. Saat ini ia telah menjadi target prioritas nomor satu di daftar sasaran yang diburu oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia).

Bakeri superbug Acinetobacter baumannii menghasilkan sejenis selimut yang berupa lapisan luar yang kental dan lengket. Dengan selimut ini bakteri akan mampu melindungi dirinya agar antibiotik tidak bisa menjangkaunya. Dengan demikian bakteri ini dapat melindungi dirinya dari pengaruh antibiotik yang akan membasminya.

Virus bacteriophage yang dipergunakan untuk memburu bakteri superbug ini akan menghasilkan pula selimut yang serupa. Bila kedua selimut saling menempel, virus bacteriophage akan berusaha merusaknya untuk menginfeksi sel bakteri superbug.

Dalam upaya untuk melepaskan diri dari serangan virus bacteriophage, bakteri superbug Acinetobacter baumannii akan berhenti memproduksi selimutnya. Pada saat yang tepat inilah bakteri dapat dijangkau kembali oleh antibiotik yang semula bisa ditahan oleh selimutnya.

Virus bacteriophage yang berpasangan dengan antibiotik akan membentuk sebuah tim yang akan bersama-sama melawan bakteri superbug yang selama ini telah kebal terhadap antibiotik.

Virus bacteriophage mula-mula berperan sebagai perusak selimut bakteri superbug yang selama ini bisa melindungi dirinya dari antibiotik. Setelah tugas perusakan selimut ini bisa dilakukan, maka tugas berikutnya akan diambil alih oleh antibiotik untuk membasmi bakteri.

Melalui prosedur ini bakteri superbug bisa dibasmi.

Dalam tes yang dilakukan, terapi phage ini telah berhasil melawan bakteri superbug yang telah kebal terhadap tujuh jenis antibiotik.

Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Microbiology dengan judul makalah Bacteriophage-resistant Acinetobacter baumannii are resensitized to antimicrobials.

Referensi:
https://newatlas.com/medical/superbugs-bacteriophage-therapy-antibiotic-resistance/

Categories: Tags: , ,

Leave a comment