Note [111] Vaksin mRNA untuk flu, malaria, dan kanker

Cara kerja vaksin mRNA mirip dengan cara kerja sebuah software di komputer yang mengolah informasi. Huruf m-nya singkatan dari kata messenger yang bertugas memberikan instruksi atau perintah kepada sel tubuh untuk memproduksi protein tertentu.

Molekul mRNA berisi salinan atau fotokopi urutan gen (gene sequence) yang terdapat di DNA beserta alat terjemahnya. Informasi yang penting ini kelak akan dibaca oleh mesin makromolekuler ribosome untuk proses pembikinan protein tertentu di dalam sel tubuh manusia.

Untuk kasus Covid-19, protein yang ditarget untuk ditirukan pembikinannya berupa spike protein yang terdapat di coronavirus.

Bila spike protein ini telah berhasil ditirukan pembikinannya, ia akan digunakan untuk mengajari sel kekebalan tubuh untuk mengenalinya dan memusnahkannya. Proses learning ini akan berlangsung berjuta-juta kali sampai sel kekebalan tubuh lama-lama semakin pintar.

Kelak bila coronavirus hinggap di tubuh manusia yang sudah divaksin dengan vaksin mRNA, maka spike protein yang digunakan coronavirus untuk mendarat dan menempel ke tubuh manusia akan dihancurkan oleh sel kekebalan tubuh yang sudah pintar itu. Dengan demikian virus Covid-19 tidak akan berhasil hinggap di tubuh manusia.

Pembuatan vaksin mRNA tidak membutuhkan sel perantara apapun sehingga lebih mudah diproduksi dibandingkan vaksin lainnya. Teknologi pembikinan vaksin mRNA ini berpotensi untuk digunakan sebagai pencegah berbagai penyakit, tidak hanya untuk Covid-19.

Misalnya, perusahaan farmasi Moderna telah mulai menaruh perhatiannya pada pembikinan vaksin mRNA untuk melawan influenza musiman.

Targetnya ingin dibuat vaksin flu universal. Vaksin ini akan melindungi dari semua jenis virus flu dan karenanya tidak perlu diperbarui setiap tahun. Tim peneliti yang menangani penelitian untuk pembikinan vaksin flu ini merupakan tim yang sama yang membikin vaksin mRNA untuk Covid-19.

Peneliti lain yang bekerja di perusahaan farmasi GSK telah mengajukan paten untuk vaksin mRNA melawan penyakit malaria.

Vaksin mRNA malaria ini menjadi contoh vaksin yang mampu memperbanyak diri sendiri begitu disuntikan ke tubuh orang.

Ini berarti pada tiap dosisnya hanya diperlukan jumlah yang kecil mRNA yang disuntikkan ke tubuh karena mRNA akan memperbanyak dirinya dengan cara membuat salinan dari dirinya sendiri begitu ia berada di dalam sel tubuh manusia.

Ini merupakan jenis vaksin mRNA generasi penerus dari vaksin mRNA standar yang selama ini telah dipergunakan untuk melawan Covid-19.

Fleksibilitas vaksin mRNA memungkinkan para peneliti berpikir lebih jauh tentang penanggulangan penyakit kanker. Ini jenis penyakit yang tidak ada kaitannya dengan virus.

Beberapa jenis tumor memiliki antigen atau protein yang tidak ditemukan dalam sel normal. Jika vaksin mRNA dapat melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi antigen (protein) yang terkait dengan tumor ini, maka sel kekebalan tubuh dapat memusnahkan kanker.

Vaksin kanker dapat ditargetkan untuk memusnahkan kombinasi spesifik antigen ini. Perusaan farmasi BioNTech sedang mengembangkan salah satu vaksin mRNA bagi orang-orang yang menderita melanoma (kanker kulit) lanjut.

Demikian pula perusahaan farmasi biofarma CureVac telah mengembangkan vaksin mRNA untuk jenis penyakit kanker paru-paru tertentu.

Selain itu, ada kemungkinan bisa dibikinkan vaksin mRNA antikanker yang dirancang secara khusus untuk mengobati berbagai kasus pada kondisi pasien yang berbeda-beda.

Teknologi pembikinan vaksin mRNA telah merubah paradigma pengobatan di bidang kesehatan. Bahan dasarnya: nanoteknologi dan rekayasa genetik.

Referensi:
https://www.weforum.org/agenda/2021/04/mrna-vaccines-research-development-flu-cancer/

Categories: Tags: , , , , ,

Leave a comment