πŸ„½πŸ„ΎπŸ…ƒπŸ„΄ [183] Budaya Data (Data Culture)

Budaya data merupakan budaya organisasi di dalam pengambilan keputusan yang berbasis data.

Organisasi membangun budaya data karena mereka ingin membuat keputusan yang lebih baik.

Kenapa budaya data berbeda dari jenis budaya organisasi lainnya?

Di dalam proses pengambilan keputusan, sebuah organisasi bisa menempuhnya melalui budaya konsensus atau budaya hirarkis.

Di dalam budaya konsensus, pencapaian kesepakatan dihargai di atas segalanya. Budaya konsensus dapat memberikan perasaan hangat karena setiap orang bisa berkontribusi untuk bersuara dan tidak ada yang dikekang atau ditolak.

Sayangnya, budaya konsensus akan berjalan lambat untuk berinovasi dari waktu ke waktu. Ini karena di dalam organisasi besar seseorang tidak akan merasa nyaman dengan ide baru yang inovatif yang akan mengguncang organisasi. Organisasi akan cenderung mencari konsensus untuk menghindari hal itu akan terjadi.

Di sisi lain, budaya hirarkis menghargai status atau senioritas di atas segalanya di dalam pengambilan keputusan. Politik kekuasaan akan berlangsung di organisasi dengan budaya hirarkis ini.

Manakala kemampuan untuk menghasilkan ide dan membuat pilihan hanya bertumpu pada beberapa orang saja yang sedang berkuasa maka pengalaman berada di organisasi dengan budaya hirarkis akan bisa menurunkan semangat kerja anggotanya.

Kiranya tidak ada orang yang bisa benar sepanjang waktu dan seringnya orang yang berada di atas kekuasaan organisasi akan terisolasi dari kenyataan yang ada di lapangan.

Pada akhirnya budaya hirarkis ini akan menghambat kreativitas dan menghilangkan peluang besar untuk berinovasi bagi organisasi.

Dalam budaya data, sebaliknya, bukti dan argumentasi berbasis data sangat dihargai. Tidak masalah siapa yang berbicara, yang penting apakah argumentasinya yang berbasis data sangat masuk akal.

Budaya data membutuhkan perencanaan pengelolaan (governance) data dengan infrastrukturnya sehingga data harus tersedia, data dapat dipercaya, dan data dapat ditafsirkan.

Menurut Forrester Research, perusahaan dengan budaya data hampir tiga kali lebih mungkin untuk memiliki pertumbuhan dua digit.

Selain itu, budaya data dapat membantu perusahaan untuk menarik dan mempertahankan pegawai terbaik.

Pegawai terbaik ini akan memilih organisasi (perusahaan) dengan budaya data karena argumentasinya yang berbasis data akan sangat dihargai.

Ia tidak akan betah berada di organisasi dengan budaya hirarkis yang didominasi oleh politik kekuasaan, ataupun di organisasi dengan budaya konsensus yang lambat berproses untuk berinovasi.

Manfaat lain dari organisasi dengan budaya data berupa peningkatan komitmen (dukungan) pegawai terhadap keputusan organisasi.

Inisiatif organisasi bisa gagal karena kurangnya dukungan pegawai, terutama dalam budaya hirarkis dengan inisiatif yang selalu turun sebagai perintah.

Demikian pula dengan budaya konsensus, seberapa sering kesempatan (opportunity) akan hilang karena sengaja dihindari untuk bisa dicapai konsensus?

Dengan berbasis data pada setiap analisis untuk pengambilan keputusan organisasi, pegawai lebih berkomitmen untuk melaksanakan rencana dan keputusan perusahaan. Komitmen ini dapat secara dramatis akan meningkatkan peluang keberhasilan inisiatif organisasi yang strategis.

Pembangunan budaya data membutuhkan dukungan perangkat keras, perangkat lunak, pendidikan, dan manajemen perubahan.

Ini kelak akan membuat organisasi mampu mengaktifkan tiga pilar budaya data:

  1. Penelusuran & penemuan data.
  2. Tata kelola data (data governance): data dikelola dengan tepat agar karyawan bisa menggunakan data dengan cara yang benar.
  3. Literasi data: karyawan perlu menafsirkan dan menganalisis data dengan benar untuk menarik kesimpulan yang logis.

Inilah bidang garapan Data Science: membudayakan data di organisasi (perusahaan).

Referensi:
https://www.alation.com/blog/what-is-data-culture/

Categories: Tags:

Leave a comment