πŸ„½πŸ„ΎπŸ…ƒπŸ„΄ [176] Pengukuran ketidakpastian di dalam proses kerja otak

Ini pertama kalinya bukti empiris disajikan untuk menunjukkan bahwa otak akan melakukan prediksi melalui pembentuk dasar ungkapan untuk sebuah kalimat, percakapan dan musik.

Sebelumnya tidak banyak diperoleh bukti tentang bagaimana otak kita memahami dan memutuskan kapan suatu ungkapan akan dimulai dan kapan akan berakhir. Baik itu ungkapan di dalam kalimat, di dalam percakapan ataupun di dalam musik.

Sebuah tim peneliti di Aarhus University melakukan penelitian untuk melihat peran otak sebagai mesin prediksi yang mempunyai kemampuan untuk menyiasati ketidakpastian.

Ini bermula dari sebuah studi ilmiah tentang peserta penelitian yang mengalami proses penyimpanan frasa musik yang telah lengkap di memori otaknya. Hal ini akan menutup ketidakpastian tentang nada apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dengan cara ini otak dapat secara efektif menyimpan frasa (ungkapan) yang sudah lengkap dalam memorinya sehingga otak akan siap untuk memunculkannya lagi sebelum frasa baru dimulai.

Dengan kata lain, otak selalu selangkah lebih maju dan sesuai harapan dengan apa yang akan muncul dalam sebuah kalimat, percakapan maupun musik.

Ini menentang pendapat sebelumnya bahwa frasa musik semula baru akan dirasakan sudah selesai setelah frasa berikutnya dimulai. Teori sebelumnya berpendapat bahwa ‘unit makna’ dari musik dianggap sebagai proses melihat ke belakang, bukan proses melihat ke depan seperti yang ditunjukkan oleh studi baru ini.

Tim semula belum mengetahui bagaimana otak menentukan batas waktu ketika sebuah frasa musik dimulai dan berakhir. Disinilah musik menyediakan domain sempurna untuk mengukur sesuatu yang sebelumnya sulit diukur di dalam otak, yaitu pengukuran ketidakpastian kerja otak.

Tim peneliti ini telah menggunakan model komputer untuk menghitung entropi. Ukuran ini merupakan ekspresi dari kehadiran gangguan atau ketidakpastian dalam suatu sistem. Ini digunakan untuk memperkirakan ketidakpastian dalam melodi di dalam musik karya Johann Sebastian Bach.

Berbekal hasil pengukuran entropi ini, tim peneliti menyimpulkkan bahwa seseorang akan memiliki kecenderungan mengalami nada-nada dengan entropi yang tinggi sebagai akhiran frase musik.

Penelitian ini untuk pertama kalinya menyajikan bukti empiris untuk menunjukkan bahwa otak mampu berperan sebagai mesin prediksi melalui pembentukan dasar ungkapan di dalam musik.

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini bisa diperluas untuk melihat kemampuan otak melakukan prediksi di dalam pemrosesan kalimat, percakapan dan sebagainya.

Dalam jangka panjang, mereka berharap hasilnya dapat digunakan untuk mengoptimalkan proses komunikasi dan interaksi seseorang dengan orang lain.

Ini juga bisa digunakan sebagai alternatif untuk memahami bagaimana seniman berkarya di bidang film, teater, musik, tari, atau sastra.

Temuan penelitian ini konsisten dengan teori kognitif terkemuka yang memandang otak manusia sebagai mesin prediksi.

Hasil ini merupakan langkah penelitian dasar yang membuat mereka lebih sadar bagaimana sesungguhnya otak manusia akan memperoleh pengetahuan baru.

Referensi:
https://neurosciencenews.com/brain-prediction-music-19364/

Categories: Tags: , ,

Leave a comment