πŸ„½πŸ„ΎπŸ…ƒπŸ„΄ [169] Bakteri di dalam usus pasien turut mengatur efek pengobatan

Tatkala pasien meminum obat, seringkali ada konsekuensi yang tidak diinginkan. Ini dikenal sebagai efek samping. Tapi istilah efek samping itu belum mencakup banyak hal aneh yang masih bisa terjadi.

Contohnya, berbagai senyawa kimia obat-obatan yang dikonsumsi pasien akan berinteraksi dengan organisme yang menghuni tubuhnya, seperti mikrobioma (bakteri, jamur dsb.) di dalam ususnya.

Kajian terbaru telah menemukan banyak spesies bakteri yang hidup di dalam usus pasien yang dapat berinteraksi dan sekaligus mengakumulasi (menyimpan) sejumlah jenis obat berbeda yang dikonsumsi manusia, seperti obat antidepresan, pereda nyeri, obat jantung, dan banyak lagi.

Kombinasi berbagai jenis obat kadang tidak boleh dikonsumsi pasien dalam waktu bersamaan karena akan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkannya.

Sekalipun berbagai jenis obat-obatan itu tidak dikonsumsi secara bersamaan, namun bakteri di dalam usus pasien ternyata masih mampu menyimpan berbagai jenis obat itu dan mencampurnya sehingga efek samping yang ingin dihindari kelak masih bisa muncul pada pasien itu.

Ini hasil penelitian yang ditemukan oleh tim peneliti dari European Molecular Biology Laboratory (EMBL) di Jerman bersama dengan tim peneliti dari MRC Toxicology Unit, University of Cambridge.

Semula telah diketahui oleh para ilmuwan bahwa bakteri dalam tubuh pasien yang terpapar oleh suatu obat akan memiliki kemampuan untuk memodifikasi obat itu secara kimiawi. Ini sebuah fenomena yang disebut biotransformasi.

Namun penelitian baru kali ini menunjukkan bahwa biotransformasi bukanlah keseluruhan cerita.

Tim tersebut melakukan eksperimen di laboratorium dengan menggunakan lebih dari 20 spesies bakteri usus manusia yang terpapar oleh 15 jenis obat. Hasilnya memperlihatkan bahwa bakteri akhirnya secara tidak terduga mampu mengakumulasi (menyimpan) bahan kimia dari berbagai obat-obatan tanpa benar-benar memodifikasinya.

Penemuan ini mengejutkan karena selama ini biotransformasi dianggap sebagai cara utama bakteri mempengaruhi cadangan obat di dalam tubuh pasien. Namun kini terlihat bukti lain bahwa bakteri mampu menyimpan berbagai jenis obat-obatan yang dikonsumsi pasien di waktu yang berbeda dan mencampurnya.

Kemampuan bakteri yang seperti ini akan memberikan potensi tidak hanya akan mengubah perilaku bakterinya sendiri dan proses metabolisme yang ditimbulkannya, tetapi juga mempengaruhi distribusi dan keseimbangan populasi bakteri di dalam usus.

Dengan kata lain, obat tidak hanya akan memengaruhi kesehatan pasien. Obat tersebut kemungkinan memiliki efek yang belum diketahui terhadap perilaku mikrobioma usus dan komposisi keseluruhannya.

Ketika kita mengukur dosis pengobatan, kita belum turut memperhitungkan rombongan mikroba di dalam usus yang akhirnya akan mengumpulkan dan menyimpan apa yang telah ditelan pasien.

Tim peneliti mengatakan obat-obatan yang dikonsumsi pasien mungkin menjadi kurang efektif karena bahan kimianya telah dibajak oleh bakteri di dalam usus.

Selain bakteri berpotensi mengurangi efektivitas beberapa obat, ada kemungkinan fenomena yang sama dapat pula mempengaruhi efek samping pada pasien karena obat telah diubah oleh tangan yang tidak terlihat itu.

Kemungkinan ini akan menja8di perbedaan yang sangat pribadi antar individu, tergantung pada komposisi mikrobioma usus mereka.

Jika sudah mampu dikarakterisasi bagaimana seorang meresponsnya, maka perawatan pengobatan dapat dilakukan secara individual.

Ini menuntut agar mulai sekarang kita perlu memperlakukan mikrobioma di dalam usus kita sebagai salah satu organ tubuh kita sendiri.

Ini karena mikrobioma itu akan turut serta mengatur efek pengobatan terhadap tubuh kita.

Penemuan ini telah dipulikasikan di jurnal Nature dengan judul makalah Bioaccumulation of therapeutic drugs by human gut bacteria.

Referensi:
https://www.sciencealert.com/the-drugs-you-swallow-are-probably-hijacked-by-microorganisms-living-inside-you

Categories: Tags: ,

Leave a comment