πŸ„½πŸ„ΎπŸ…ƒπŸ„΄ [168] Manfaat belajar bahasa baru bagi kesehatan otak orang dewasa

Kebanyakan orang Indonesia mampu menguasai sekurangnya dua buah bahasa secara aktif: bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing.

Manfaat kognitif bagi individu yang menguasai dua buah bahasa (bilingual) dapat dimulai dari pengalaman yang sangat awal di masa kanak-kanak dan dapat bertahan sepanjang hidupnya.

Sejak dini akan terbentuk jaringan urat saraf yang lebih banyak antara bagian depan dan belakang otaknya dibandingkan dengan individu monolingual. Hal ini akan meningkatkan cadangan kemampuan kognitifnya.

Dari penelitian diketahui bahwa mulai usia sekitar 25 tahun, kemampuan otak seseorang akan mulai menurun dalam hal memori kerja, efisiensi dan kecepatan pemrosesan.

Seiring bertambahnya usia, penurunan ini menjadi semakin curam. Namun individu bilingual akan mengerem dan membuat penurunan itu tidak terlalu curam.

Bila biperiksa otak seseorang yang menderita penyakit neurodegenerasi (Alzheimer, Dementia, Parkinson dsb), maka sepatutnya kondisi otaknya akan mengindikasikan kalau ia akan menjadi lebih pelupa (pikun).

Namun ternyata dampak itu akan berkurang pada individu bilingual.

Otak individu bilingual dapat mengkompensasi kerusakan otak dengan menggunakan jaringan dan koneksi otak alternatif ketika jalur aslinya telah rusak.

Para peneliti menyebut teori ini kompensasi kognitif dan menyimpulkan bahwa hal ini terjadi karena individu bilingual akan meningkatkan kesehatan gray-matter dan white-matter di area otaknya beserta konektivitas yang terbangun antar bagian otaknya.

Otak seseorang terdiri dari sel-sel yang disebut neuron (sel saraf) yang masing-masing memiliki badan sel dan konektor yang disebut dendrit.

Gray-matter mengindikasikan berapa banyak sel saraf dan dendrit yang ada di otaknya.

Individu bilingual akan membuat gray-matter lebih padat sehingga ia akan memiliki lebih banyak sel saraf. Ini merupakan indikasi otak yang lebih sehat

Individu bilingual juga akan mempengaruhi elemen yang menyelimuti akson sebagai alat penghubung utama untuk menyampaikan pesan dari satu neuron ke neuron lain.

White-matter memungkinkan pesan itu bisa berjalan dengan cepat dan efisien untuk melintasi seluruh jaringan saraf.

Individu bilingual akan meningkatkan integritas white-matter seiring dengan bertambahnya usia.

Ini akan memberinya lebih banyak sel saraf untuk diaktifkan dan akan memperkuat atau mempertahankan jaringan urat saraf di antara mereka sehingga komunikasi dapat terjalin secara optimal.

Keuntungan utama bagi individu bilingual diperoleh dari fungsi eksekutif dari otaknya. Fungsi eksekutif ini merupakan fungsi otak yang paling kompleks; fungsi paling manusiawi yang memisahkannya dari hewan.

Ini menjelaskan keterampilan yang memungkinkan seseorang mengontrol, mengarahkan dan mengelola perhatiannya, serta kemampuannya untuk merencanakan.

Ini akan membantunya untuk mengabaikan informasi yang tidak relevan dan hanya berfokus pada apa yang paling penting.

Bisakah landasan pengetahuan ini dimanfaatkan untuk membantu meningkatankan kesehatan otak orang dewasa melalui pembelajaran bahasa baru?

Tampaknya belajar bahasa baru bagi seseorang di usia senja akan memberikan hasil berupa peningkatan kemampuan kognitif yang positif.

Pembelajaran dan penggunaan bahasa melibatkan proses yang begitu kompleks; bisa dibilang itu merupakan perilaku paling kompleks yang kita lakukan sebagai manusia.

Ia harus menguasai suara ucapan, suku kata, kata, tata bahasa, kalimat, sintaksis. Ada banyak hal yang terjadi secara simultan; itu benar-benar latihan yang sangat baik bagi jaringan saraf otak yang luas untuk bekerja.

Akibatnya, belajar bahasa baru bagi seseorang akan menjadi kegiatan yang optimal untuk mempromosikan proses penuaannya yang sehat.

Referensi:
https://knowablemagazine.org/article/mind/2018/how-second-language-can-boost-brain

Categories: Tags: ,

Leave a comment