Note [139] Steve Jobs: jalur rejeki yang tersambung ke masa depan

Ini potongan pidato sambutan oleh mendiang Steve Jobs (CEO Apple Computer dan Pixar Animation Studios) pada tanggal 12 Juni 2005 pada acara wisuda sarjana di Stanford University.

Saya menemukan banyak hal yang diawali dengan semata-mata saya menurutkan saja kemauan saya terhadap rasa ingin tahu. Ternyata intuisi saya tidak ternilai harganya kelak di kemudian hari.

Waktu itu Reed College menawarkan kursus kaligrafi terbaik di negara ini (AS). Di seluruh kampus, setiap poster, setiap label ditulis dengan huruf yang indah.

Karena saya sudah drop out dari universitas dan tidak harus mengambil kuliah normal, saya memutuskan untuk mengambil kursus kaligrafi untuk mempelajari cara membuatnya.

Saya belajar tentang tipografi serif dan sans serif, tentang memvariasikan jumlah spasi antara kombinasi huruf yang berbeda, tentang apa yang membuat tipografi hebat.

Itu indah, historis, artistik halus dengan cara yang tidak akan mungkin bisa ditangkap oleh sains, dan saya berpendapat kaligrafi sangat menarik.

Tak satu pun bagian dari ilmu yang diperoleh dari kursus kaligrafi ini memiliki harapan untuk nantinya akan bisa diaplikasikan secara praktis di dalam kehidupan sehari-hari saya.

Jadi saya belajar kaligrafi hanya semata karena terdorong rasa ingin tahu, bukan karena alasan kebutuhan praktis untuk bisa digunakan di dalam kehidupan sehari-hari saya.

Apakah ilmu kaligrafi tidak bermanfaat?

Tetapi lihatlah sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendesain komputer Macintosh yang pertama kali semuanya kembali kepada ilmu kaligrafi itu.

Kami mendesain Macintosh dengan memanfaatkan semua ilmu kaligrafi yang telah saya pelajari itu. Itu adalah komputer pertama dengan tipografi yang indah.

Jika saya tidak pernah mengikuti kursus kaligrafi itu, komputer Macintosh tidak akan pernah memiliki banyak tipografi atau font dengan spasi proporsional.

Jika saya tidak pernah drop out dari universitas, saya tidak akan pernah mengikuti kursus kaligrafi, dan komputer pribadi mungkin tidak memiliki tipografi yang indah. Kelak Windows mula-mula tinggal menyalin tipografi dari Macintosh.

Tentu saja saya tidak mungkin mampu menghubungkan jalur rejeki yang akan tersambung ke masa depan ketika saya masih mengikuti kursus kaligrafi. Tapi itu sangat-sangat jelas terlihat ketika nantinya saya menengok ke belakang sepuluh tahun sebelumnya.

Sekali lagi, kamu tidak akan mampu untuk menghubungkan antara ilmu yang diperoleh sekarang dengan jalur rejeki di masa depan. Kamu tidak mampu melihat ke depan; kamu hanya bisa menghubungkannya dengan melihat ke belakang.

Jadi, kamu harus percaya bahwa entah bagaimana nantinya ilmu yang sekarang telah diperoleh dari semata rasa ingin tahu kelak akan terhubung dengan rejekimu di masa depan.

Kamu harus percaya pada nalurimu. Pendekatan ini tidak pernah mengecewakan saya, dan telah membuat semua perbedaan dalam kehidupan saya.

Apapun jenis ilmunya, kita tidak tahu masa depan apa yang akan menyambungkan ilmu itu dengan rejeki kita di masa depan.

Jadi teruslah mencari ilmu yang kamu sukai sampai kamu berhasil. Jangan berhenti.

Tetaplah selalu lapar terhadap ilmu (stay hungry). Tetaplah selalu merasa belum pintar (stay foolish).

Stay hungry. Stay foolish.

Referensi:
https://news.stanford.edu/2005/06/14/jobs-061505/

Categories: Tags: ,

Leave a comment