πŸ„½πŸ„ΎπŸ…ƒπŸ„΄ [201] Masa depan menentukan masa lalu

β€œPrinsip kuantum menunjukkan adanya penalaran tentang apa yang akan terjadi di masa depan turut menentukan apa yang terjadi di masa lalu. Kita merupakan partisipan dalam mewujudkan kejadian alam semesta di masa lalu.” (Fisikawan John Wheeler)

Ini mirip dengan prinsip penentuan harga saham.

Apa yang diantisipasi akan dialami oleh perusahaan di masa depan (perubahan perolehan profit, perubahan struktur pasar, perubahan manajemen dsb) akan menentukan harga sahamnya sekarang juga.

Nampaknya teori kuantum sepadan dengan teori keuangan.

Di dalam teori ekonomni pun mudah ditemukan hal yang seperti itu.

Misalnya di teori permanent income hypothesis disebutkan bahwa seseorang akan mengubah perikalu konsumsinya sekarang bisa diantisipasi ada perubahan permanent income-nya di masa depan.

Hasil ini diperoleh dari pemodelan perekonomian dengan dynamic programming.

Itu yang membuat teori ekonomi akan sulit dipelajari dengan baik bisa penguasaan terhadap matematiknya lemah. Hasil dari penurunan matematika-nya pun kadang terlihat sulit dicerna: masa depan akan menentukan masa lalu.

Rahasia untuk belajar teori ekonomi terlepak di penguasaan konsep rational expectation yang ditanamkan ke dalam model. Bila model berubah, maka nilai ekspektasinya akan turut berubah. Bahkan perubahan parameter modelnya akan cukup untuk mengubah nilai ekspektasinya.

Karena itu ekspekstasi tidak bagus sekedar diukur-ukur dari data masa lalu, nanti tidak akan bisa konsisten dengan model.

Untuk itu dibutuhkan perumusan ekspaktasi yang internally consitent dengan modelnya. Bila itu tidak dilakukan, maka itu akan melanggar kekonsintenan kita berpikir.

Itulah peranan dari rational expectation. Alat yang membantu untuk menghubungkan masa lalu dengan masa depan lewat pemodelan.

β€œThe quantum principle shows that there is a sense in which what an observer will do in the future defines what happens in the past. We are participators in bringing about something of the universe in the distant past.”

Referensi:
https://www.huffpost.com/entry/does-the-past-exist-yet-e_b_683103

Categories: Tags:

Leave a comment